Thursday, April 30, 2009

Jamila tanpa Presiden

Kamis, 30 April 2009 | 10:26 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: "Enam bulan kamu menghilang, Nurdin." Jamilah
(diperankan oleh Atiqah Hasiholan) kalap. Ia hamil. Kini kekasihnya yang
seorang pejabat tinggi muncul membawa kabar bahwa ia akan menikah dengan
wanita pilihan ibunya. Dan sebuah tembakan bersarang di dada Nurdin
(Adjie Pangestu), sang menteri muda yang mengurusi kemiskinan negeri ini.

Jamila dan Sang Presiden merupakan film Ratna Sarumpaet yang bertolak
dari naskah dramanya, Pelacur dan Sang Presiden (2006). Dikisahkan,
Jamila si pelacur menyerahkan diri setelah membunuh sang menteri. Ia
dijebloskan ke penjara yang dipimpin oleh sipir penjara perempuan
bernama Ibu Ria (Christine Hakim). Jamila enggan menunjuk seorang
pengacara dan meminta permohonan grasi kepada presiden. Di luar sel,
suara massa bayaran yang mengatasnamakan ormas Islam pimpinan sang
provokator bertitel sarjana (diperankan Fauzi Baadila) mendukung hukuman
mati bagi Jamila.

Meski hujatan datang bertubi-tubi, seorang penulis muda bernama Ibrahim
(Dwi Sasono), yang mencintai Jamila, berjuang membelanya. Tapi sayang,
pengacara yang dikirimnya selalu ditolak Jamila. "Ini adalah bentuk
tanggung jawabku," kata Jamila. Ia merasa dirinya telah mati sejak lama
saat dijual bapaknya kepada mucikari. Hukuman mati baginya hanyalah
prosesi saja.

Film yang diakui Ratna menguras kocek hingga Rp 6,5 miliar ini beralur
mundur. Di dalam sel, sembari menunggu proses eksekusi, memori Jamila
"diobral" satu per satu, dari dijual bapaknya, dilecehkan pamannya,
hamil muda lalu keguguran, mencari adiknya, Fatimah, hingga membunuh Nurdin.

Hingga akhir, cerita terus fokus pada pergulatan Jamila. Sosok sang
presiden yang dijual lewat judul sampai-sampai tak ketahuan wujudnya.
Sang presiden hanya diwakili oleh gambar istana negara dan reportase
media massa tentang jawaban dari juru bicara kepresidenan. "Dalam film,
tak harus menampilkan sosok secara gamblang," tutur Ratna berkelit.

Meski film keluaran Multivision Plus ini menyiratkan banyak pesan moral,
Ratna mengemasnya menjadi konflik yang tak punya klimaks. Bahkan entah
di bagian mana mencari keterkaitan Jamila dengan sang presiden.

Debut Atiqah sebagai pemeran utama boleh dibilang cukup bagus, meskipun
di beberapa adegan aktingnya lebih mirip akting di panggung teater.

Kehadiran nama besar Christine Hakim jelas jadi jualan film ini.
Sosoknya sebagai sipir yang selalu berseragam biru banyak dimunculkan.
Sayang, perannya kali ini datar. Pemeran Tjoet Nja' Dhien dalam film
Tjoet Nja' Dhien (1988) ini mengaku tak sanggup menolak ajakan sang
sutradara. "Apa iya bisa menolak Mbak Ratna, apa ada alasannya," kata
Christine.

Apalagi, menurut dia, skenario film ini telah disodorkan Ratna sejak
tiga tahun lalu kepadanya. "Film ini prosesnya panjang, seperti saya
buat Tjoet Nja' Dhien dulu. Jadi, saya tahu seperti apa pengorbanannya,"
kata Christine.

AGUSLIA HIDAYAH


Judul : Jamila dan Sang Presiden

Genre : Drama
Produksi : Multivision Plus
Sutradara : Ratna Sarumpaet
Pemain : Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Dwi Sasono, Fauzy Baadila,
Surya Saputra, dan Adjie Pangestu

No comments:

Post a Comment